Sabtu, 17 Maret 2012

Gulma

SUSKESI GULMA PADA TANAMAN PERKEBUNAN

Dalam melakukan budidaya tanaman selalu ada hambatan yang mengganggu tercapainya hasil secara maksimal dalam hal kualitas maupun kuantitas. Salah satu penyebab adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Organisme pengganggu yang paling dominan dan sering dijumpai pada umumnya adalah Hama, Penyakit dan Gulma. Salah satu OPT yang dianggap penting adalah gulma. Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang tumbuh ditempat dan waktu yang tidak dikehendaki. Meskipun demikian di Indonesia kerugian tanaman akibat gulma kurang disadari oleh petani maupun petugas yang bekerja di bidang pertanian, hal ini dikarenakan kerugaian akibat gulma berbeda dengan organisme pengganggu tanaman lainnya (hama dan penyakit) yang secara visual dapat kita lihat pengaruh serangannya demikian drastis pada tanaman, sedangkan gulma menyerang perlahan tapi pasti melalui kompetisi terhadap air, unsur hara, cahaya dan ruang tumbuh.
Kehadiran gulma yang merugikan secara perlahan tapi pasti harus dikendalikan secara tepat agar tidak menimbulkan suksesi gulma.
APAKAH SUSKESI GULMA ITU?
Suksesi Gulma dalah perubahan komposisi gulma dari suatu bentuk kepada komposisi bentuk lainnya yang disebabkan oleh penggunaan secara terus-menerus herbisida yang hanya efektif pada gulma dengan spektrum sempit.
MENGAPA BISA TERJADI?
Penggunaan herbisida sistemik translokatif seperti glifosat ataupun sulfosat yang dirasakan sangat efektif dalam mengendalikan gulma berdaun sempit secara terus menerus dapat meniadakan berbagai jenis gulma lunak yang ada dan menggantikannya dengan jenis gulma yang sulit dikendalikan dengan herbisida sejenis.
PENGARUH GULMA TERHADAP TANAMAN
Kehilangan hasil tanaman akibat gulma berpengaruh langsung terhadap tanaman utama dengan adanya kompetisi terhadap nutrient, air dan cahaya, sedangkan pengaruh tidak langsung gulma terhadap  tanaman dapat menyebabkan terhambatnya aksesibiitas sehingga berakibat buruk terhadap efisiensi dan efektifitas pemupukan, sulitnya pengendalian hama dan penyakit serta pekerjaan lainnya. Pada tanaman perkebunan, misalnya kelapa sawit pengendalian gulma sangat penting tidak saja karena terjadinya kehilangan produksi sebagai akibat dari persaingan tanaman gulma terhadap sumber daya (unsur hara, air dan cahaya) tetapi juga karena adanya kehilangan hasil tidak langsung. Selain itu keberadaan gulma pada tanaman budidaya juga akan dijadikan inang bagi hama dan penyakit, kesulitan dalam kegiatan pemupukan, pengairan dan proses pemanenan.
PENGGUNAAAN HERBISIDA DALAM MENGENDALIKAN GULMA
Suatu hal yang sangat lazim jika seseorang  mendapatkan hasil memuaskan setelah melaksanakan suatu pekerjaan maka orang tersebut cenderung untuk mengulangi  cara yang sama untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Demikian juga pada pengendalian gulma, jika seorang petani/pekebun memperoleh hasil pengendalian gulma yang memuaskan setelah menggunakan jenis herbisida maka petani /pekebun tersebut akan tetap menggunakan herbisida yang sama terus-menerus. Konsekuensi dari pemakaian herbisida yang sama (bahan aktif yang sama/ cara kerja yang sama) secara berulang-ulang  pada suatu areal maka akan  timbul permasalahan yaitu suksesi gulma.
Dua jenis herbisida yaitu Parakuat dan Glifosat merupakan herbisida yang paling umum digunakan di perkebunan, khususnya pada tanaman kelapa sawit. Parakuat merupakan herbisida kontak yang mematikan tumbuhan dengan cara merusak membran sel. Pemakaian parakuat memiliki keunggulan dalam menekan suksesi gulma, fitotoksisitas rainfastness. Sedangkan glifosat merupakan herbisida sistemik dengan cara kerja menghambat enzim enolpyruvyshikimate-3 phosphate synthase (EPSPS), enzim yang terlibat dalam sintesa tiga asam amino.
Suksesi gulma terkait erat dengan bagaimana herbisida tersebut bekerja (mode of action). Parakuat merupakan herbisida kontak menyebabkan kematian pada bagian atas gulma dengan cepat tanpa merusak bagian sistem perakaran stolon, atau batang dalam tanah sehingga dalam beberapa minggu setelah aplikasi gulma akan tumbuh kembali. Sedangkan herbisida glifosat yang merupakan herbisida sistemik dapat ditranslokasi dari bagian dedaunan sampai ke bagaian akar dan bagaian lainnya merusak sistem keseluruhan di dalam tubuh gulma. Glifosat memiliki daya bunuh yang tinggi terhadap rerumputan dan sering mengeradikasi gulma rerumputan lunak seperti Paspalum conjugatum dan Ottochloa nodosa sehingga akhirnya tanah menjadi terbuka, kesempatan seperti ini memberikan peluang bagi biji-biji gulma berdaun lebar untuk berkecambah dan akhirnya menjadi dominan. Dominansi gulma berdaun lebar cenderung lebih merugikan karena lebih sulit dikendalikan.
PENGENDALIAN GULMA DENGAN MENGGUNAKAN MUSUH ALAMI
Untuk merumuskan jenis pengendalian yang tepat, diperlukan pengetahuan yang mendalam akan bioekologi gulma dan interaksinya dengan tanaman utama. Beberapa organisme (musuh alami)  yang bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma harus memiliki syarat utama yaitu:
  1. Mampu membunuh gulma inang atau mencegah reproduksinya baik langsung maupun tidak langsung.
  2. Mempunyai adaptasi baik terhadap gulma inang dan lingkungan yang ditumbuhinya.
  3. Daya penyebaran tinggi serta mampu menjangkau daerah-daerah yang lain yang ditumbuhi inangnya.
  4. Kapasitas reproduksi cukup untuk mengejar peningkatan populasi tumbuhan inang ketika kondisi kurang menguntungkan.

Beberapa Musuh Alami Gulma
a.Golongan Binatang
1.Binatang Menyusui (mamalia)
·   Pemakan rumput (grazing animal) untuk gulma darat diantaranya: rusa, kijang kerbau liar, anoa dan sebagainya
·   Pemakan gulma air misalnya ikan duyung (helisar dugong-dugong)
2. Binatang lunak ( Molusca)
Umumnya menyukai tumbuhan berbatang dan berdaun lunak
  •  Siput kecil pemakan daun mikania ( Mikania spp)
  • Lymnaea sp pemakan daun kiyambang (Salvinia molasta)
  • Bekicot (Achatina fulica) disamping pemakan tumbuhan liar juga menjadi hama tanaman pepaya, ubi jalar, kapok.
3.Tungau (Acarina)
Tungau Orthogalumna tencbrantis telah digunakan untuk mengendalikan enceng gondok.
5.Serangga (Arthopoda) merupakan paling banyak anggotanya
v  Pada gulma darat
  • Orseolialla Javanica yang dikenal sebagai ganjur alang-alang
  • Aspido morpha spp pada kangkung  (ipomea fistulosa)
  • Bactia venosoma dan Athesapenta cyperi dikenal sebagai sundep pada teki
v  Pada Gulma Air
·                                                         Belalang hijau pada wewehan dan enceng gondok
·                                                         Nymphula responsalis pada kayabang (Salvinia molesta)
·                                                         Psara basalis pada krokot air (Alternanthera philoxeroides)
b. Golongan Tumbuhan
Umumnya merupakan tumbuhan tingkat rendah yang biasa disebut patogen
  • Pada enceng gondok ditemukan beberapa jenis cendawan yang bertindak sebagai musuh alami yaitu Cescospora rodmandii, Myrothecium roridum dan Rhizoctonia solani. Crodmandii dikenal sebagai patogen yang inangnya terbatas pada enceng gondok dan sejenisnya.
  • Cendawan karat Puccinia chondrilina untuk gulma Chondrilla javanica
C.      Selain itu Pengendalian gulma juga bisa dilakukan dengan pembangunan dan pemeliharaan LCC (Legume Cover Crop). LCC sering juga disebut tanaman pelengkap (smother crops) atau tanama pesaing (competitive crop) sebagai tanaman penutup tanah biasa digunakan tanaman kacang-kacangan (leguminosae) karena selain dapat tumbuh secara cepat sehingga cepat menutup tanah serta mencegah perkecambahan dan pertumbuhan gulma, Selain itu LCC juga mampu meningkatkan kesuburan tanah terutama kandungan N, hal ini banyak dijumpai di daerah-daerah perkebunan dengan jenis tanah podsolik yang miskin unsur hara. Selain pertumbuhan cepat sifat lainnya yang dikehendaki adalah tidak menyaingi tanaman pokok

http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpsur/index.php?option=com_content&view=article&id=163:suskesi-gulma-pada-tanaman-perkebunan&catid=14:proteksi&Itemid=25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar