Senin, 20 Juni 2011

Awalan Proposal Vertikultur

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Santri adalah sebutan bagi murid yang mengikuti pendidikan di Pondok Pesantren. Pondok pesantren adalah tempat pendidikan umum yang persentasi ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam. Kebanyakan muridnya tinggal di asrama yang disediakan oleh Pondok Pesantren. Di Pondok Pesantren, para santri sudah diajarkan untuk hidup bermasyarakat, hidup mandiri, mengelola keuangan, manajemen waktu belajar dan mengaji, serta berusaha untuk menyesuaikan peraturan dan pola hidup yang ada di dalam Pondok Pesantren.
Jadwal kegiatan kepesantrenan memenuhi hari-hari yang santri lalui, kecuali pada hari Ahad atau hari Jumat mereka berlibur. Biasanya pada kesempatan tersebut, mereka bebas beraktivitas, diantara mereka ada yang hanya duduk di kamar, ada yang belajar, ada yang nderes (mengaji Al-Qur’an), bahkan banyak juga yang jalan-jalan shopping di wilayah perkotaan.
Untuk mengantisipasi adanya kegiatan yang kurang bermanfaat dan sebagai upaya memupuk kemandirian santri dalam berwirauasaha, maka perlu diadakan kegiatan bersama yang produktif. Salah satu contohnya “Program Penerapan Pertanian Vertikultur Sayur-sayuran di Lahan Pesantren”. Pertanian Vertikultur merupakan sistem pertanian yang menerapkan pola bercocok tanam menggunakan wadah tanam vertikal untuk mengatasi keterbatasan lahan. Jadi, walaupun pesantren tidak memiliki lahan yang luas, kegiatan pertanian masih tetap dapat dilakukan. Mungkin Pertanian Vertikultur Sayur-sayuran dapat dilakukan di halaman kamar atau asrama, halaman masjid / mushola, di atas atap yang kosong atau lahan yang dianggap layak. Melalui program ini potensi kewirausahaan pada santri dapat dikembangkan dan manfaat lainnya adalah kegiatan para santri di hari libur dapat terkontrol. Pada hari-hari biasa alangkah lebih baiknya pihak pesantren memberikan jadwal rutin kepada para santri untuk mengelola pertanian vertikultur yang telah dilaksanakan agar mereka terlatih untuk memanajemen waktu yang dimanfaatkan untuk hal-hal yang produktif. Alasan menerapkan pertanian vertikultur karena dalam program tersebut terdapat langkah-langkah untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan santri, misalnya mengembangkan skill untuk memanajemen segala sesuatu yang meliputi manajemen waktu sampai manajemen keuangan untuk mempertahankan program tersebut agar tetap berlangsung.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang biasa dilakukan oleh para santri ketika mempunyai waktu luang?
2.      Bagaimana langkah-langkah agar santri terhindar dari kegiatan yang tidak produktif?
3.      Apa maksud dari pertanian vertikultur?
4.      Mengapa menggunakan program pertanian vertikultur?
5.      Bagaimana konsep yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan  pertanian vertikultur di lahan pesantren?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengisi waktu luang yang dimiliki oleh santri dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada santri
2.      Mempraktikkan secara langsung materi pertanian yang dimiliki oleh mahasiswa pertanian
3.       Solusi unuk meningkatkan keuangan pesantren dan santri
4.      Apabila program pertanian vertikultur terlaksana di pesantren, maka hal tersebut diharapkan dapat menjadi refrensi oleh masyarakat umum di sekitar pesantren yang akan menerapkan pertanian vertikultur disekitar lahan pekarangan rumahnya.
  1. Manfaat
Dari program pertanian vertikultur yang akan dilaksanakan di lahan pesantren diharapkan dapat memberi manfaat pada santri, masyarakat, investor, dan pemerintah daerah. Melalui program ini, santri akan dapat terpupuk jiwa kewirausahaannya. Selain itu, masyarakat dapat menemukan inspirasi baru untuk meningkatkan perekonomiannya hanya degan memberdayakan lahan pekarangan yang terbatas. Begitu juga pada investor, mereka dapat menginvestasikan sebagian modalnya untuk menjalankan pertanian vertikultur pada pesantren dan masyarakat. Investor dipastikan akan mendapatkan keuntungan, karena petanian vertikultur sangat mudah untuk dilakukan dan sangat luas pemasarannya. Kemudian program ini juga akan membantu perekonomian daerah.


BAB II
GAMBARAN UMUM DAN ANALISIS KONDISI MASYARAKAT
A.    Gambaran Umum Masyarakat
Program Pertanian Vertikultur akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran komplek IV asrama mahasiswa. Pengasuhnya adalah KH. Imadudin Sukamto dan di dalam pesantren ini terdapat 40 santri yang aktif di berbagai Perguruan Tinggi. Area ini memiliki lahan seluas 15 X 40 m2 yang terdiri atas 75% bangunan dan 15% lahan kosong. Rencana program yang akan dilaksanakan hanya berukuran 8 X 4 m2. Tata letak bangunan dan komponen lainnya dapat dilihat pada denah yang tersedia di lampiran.
Pondok Pesantren  Sunan Pandanaran komplek IV asrama mahasiswa terletak di dusun Nglanjaran, desa Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Kondisi geografis terletak pada ketinggian 220 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 220C – 330C. Kondisi dan potensi alam di lokasi sekitar pesantren masih banyak mengandalkan pertanian, perikanan, dan peternakan. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian vertikultur memang benar-benar dapat diwujudkan secara optimal, karena adanya potensi lokal yang sangat mendukung.

B. Analisis Kondisi Masyarakat
            Masyarakat di pesantren adalah para santri yang menghuni asrama pesantren, dan juga pengasuh serta segenap dewan pengajar. Berikut analisis kondisi masyarakat di pesantren:
  1. Strength (Kekuatan dalam masyarakat di pesantren)
Para santri yang ada di pesantren ini sangat mudah untuk bekerjasama, saling terbuka, dan mudah untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh pesantren. Hal ini dapat diamati pada kegiatan mereka sehari-hari, misalnya mereka melaksanakan kegiatan mengaji, piket dan kerjabakti sesuai jadwal yang diberikan, sehingga hal ini menunjukkan tingkat antusiasme mereka terhadap  peraturan pesantren. Selain iu, para santri selalu melaksanakan diskusi keilmuan setiap hari Selasa dari pukul 18.30 sampai 20.00 WIB. Pada kegiatan tersebut, para santri bertukar pengetahuan dan saling memberi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka bersikap saling terbuka. Unsur-unsur tersebut merupakan komponen keberhasilan dalam menjalankan program pertanian vertikultur  di pesantren.  
  1. Weakness  (Kelemahan dalam masyarakat di pesantren)
Selain kekuatan, dalam masyarakat pesantren juga terdapat kelemahan, salah satu kelemahannya adalah kurangnya keterampilan untuk memanajemen waktu. Mayoritas dari mereka belum mampu membagi jadwal kegiatan pribadinya, misalnya jadwal untuk belajar, untuk mengaji, untuk bermain dan sebagainya.
  1. Opportunity (Peluang dari luar yang dapat mempengaruhi berjalannya program)
Daerah sekitar pesantren masih sangat tinggi kegiatan pertaniannya dan dekat dengan toko bangunan, sehingga apabila santri ingin mencari bahan yang diperlukan untuk pertanian vertikultur sangat mudah. Misalnya, ketersediaan pupuk, ketersediaan tanah, bambu, paralon dan sebagainya. Selain itu,  juga terdapat penyalur distribusi sayur-sayuran seperti tengkulak ataupun warung-warung yang dimiliki oleh warga desa, sehingga distribusi sayur hasil pertanian vertikultur  dapat berjalan lancar.
  1. Threat (Ancaman dari pihak luar yang mungkin mempengaruhi program nantinya)
Ancaman yang dihadapi adalah adanya teman santri di kampus yang sering mempengaruhi santri untuk tidak mengikuti peraturan pesantren, biasanya santri yan terpengaruh sering meninggalkan kegiatan di pesantren dan mereka jarang tinggal di asrama, sehingga hal ini mempersulit dalam pemantauan dan menjadi penyebab hilangnya kemampuan kerjasama dengan santri lain. 


BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

            Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenangkan (Lukman, 2011).
            Sistem vertikultur cocok diterapkan khususnya bagi para petani dan pengusaha yang memiliki lahan sempit. Vertikutur dapat pula pada bangunan bertingkat, perumahan umum, atau bahkan pada pemukiman di daerah padat tidak punya halaman sama sekali. Dengan sistem vertikultur,  lahan sempit dapat dimanfaatkan secara maksimal. Sistem vertikultur dapat dikembangkan dalam lingkup komersial aau non komersial. Ada juga yang memanfaatkan sistem ini untuk menambah nilai estetika lingkungan (Widarto, 1997).
             Metode yang dapat digunakan sangat beragam, diantaranya dengan metode bambu, plempem, PVC, pot dan karung plastik. Tapi yang sering digunakan adalah bambu dan PVC, alasannya karena kedua metode ini sangat mudah untuk dilakukan dan mudah untuk mencari bahannya. Selain itu, dalam pembuatan kerangka dapat menggunakan kayu, bambu, tali, paku (Nitisapto, 1993).
            Selanjutnya, tanaman yang dibudidayakan terdiri atas sayur-sayuran, buah-buahan, palawija. Hal tersebut tergantung kebutuhan yang dimiliki oleh pembudidaya. Sesuai kondisi lingkungan yang ada, sayur-sayuran lebih banyak dibudidayakan, terutama sawi dan bayam cabut.  Sawi sangat sesuai dengan lingkungan tropis seperti di Indonesia. Selain itu, jika ditinjau dari aspek ekonomis, aspek teknis, dan aspek sosialnya sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia (Anonim, 2008).
            Berikutnya, bayam cabut juga sangat cocok untuk kondisi lahan di Indonesia. Sayuran ini mampu hidup sepanjang tahun pada ketinggian sampai dengan 1000 mdpl dengan pngaira secukupnya. Bayam cabut sudah bisa dipanen dalam waktu 3 – 4 minggu setelah tanam. Interval pemetikan tidak berkala, satu kali panen langsung selesai (Anonim, 2011).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar